A. Hakikat Perkembangan Intelektual
Beberapa definisi intelektual menurut
para ahli, diantaranya :
1. Pengertian intelektual menurut Cattel
(dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam
kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak,
menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan
baru.
2.
William Sterm ( dalam Sunarto, 1994)
menmgemukakan intelektual merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan-kebutuhan –kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai
dengan tujuannya.
3. Intelektual merupakan suatu kumpulan
kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam
hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991).
4. David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar,
1996) mendefinisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan
seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional,
serta menghadapi lingkungan secara efektif.
Jadi, intelektual adalah kemampuan untuk
memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara
efisien dan efektif. Intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir.
Intelektual akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan
tersedia.
B. Tahap-tahap Perkembangan Intelektual
Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah
melakukan penelitian tentang perkembangan intelektual atau perkembangan
kognitif atau perkembangan mental anak. Salah satu hasil penelitian yang
terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak
dari Swiss. Tingkat perkembangan intelektual anak oleh Piaget dibedakan atas 4
periode, yaitunya:
a. Periode Sensori-motor (0 – 1½ tahun).
Sifat-sifat yang
tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan stimulus dari
luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian berkembang sampai dapat
berimajinasi. Konsep tentang benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru,
kmampuan untuk meniru. Ada usaha untuk berpikir. Perubahan yang terlihat antara
lain, gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, merupakan eksperimen dengan
lingkungannya.
b. Periode raoperasional (1½ – 7 tahun)
Sifat-sifat anak
adalah, belum sanggup melakukan operasi mental, belum dapat membedakan antara
permainan dengan kenyataan, atau belum dapat mengembangkan struktur rasional
yang cukup, masa transisi antara struktur sensori motor ke berpikir
operasional. Perubahan yang terlihat pada anak adalah, sifat egosentris baru
akan berkembang apabila anak banyak berinteraksi sosial, konsep tentang ruang
dan waktu mulai bertambah, bahasa mulai dikuasai.
c. Periode Operasional Konkret (7 – 12 tahun).
Sifat-sifat
anak, dapat berpikir konkret karena daya otak terbatas pada objek melalui
pengamatan langsung, dapat mengembangkan operasi mental seperti menambah dan
mengurang, mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep,
melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. Perubahan yang
terlihat pada anak: tidak egosentri lagi, berpikir tentang objek yang
berhubungn dengan berat, warna, dan susunan, melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan objek, membuat keputusan logis.
d. Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas).
Sifat-sifat anak yaitu memiliki pola berpikir sistematis meliputi proses yang kompleks, pola berpikir
abstrak dengan menggunakan logika matematika, pengertian tentang konsep waktu
dan ruang telah meningkat secara signifikan. Perubahan yang terlihat: anak
telah mengerti tentang pengertian tak terbatas, alam raya dan angkasa luar.
Tahapan perkembangan intelektual anak selalu mengikuti
urutan tahap-tahap tersebut, mulai dari sensori motor, praoperasional,
operasional konkret, kemudian operasional formal. Irama perkembangan tiap tahap
untuk tiap anak berbeda-beda satu sama lain. Berdasarkan perkembangan
intelektual inilah kemudian umur anak sekolah ditetapkan. Misalnya, anak masuk
TK minimal umur 4 tahun, anak masuk SD minimal 6 tahun.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
intelegensi
Menurut Ngalim Purwanto (1986) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu sebagai berikut :
1) Faktor Pembawaan (Genetik)
Pembawaan ditentukan oleh sifat dan cirri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas
intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi
tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah
atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi”
individu. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah
mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan
baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan.
2) Faktor Gizi
Kuat atau lemahnya
fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi / tenaga
bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan
bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada
perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga
usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan
lagi.
3) Faktor Kematangan
Piaget (seorang
psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan
intelektual, yaitu :
· Periode sensori motorik (0-2 tahun)
· Periode pra operasional (2-7 tahun)
· Periode operasional konkrit (7-11 tahun)
· Periode operasional formal (11-16 tahun)
Hal tersebut
membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi
dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan
mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan
kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan
suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.
4) Faktor Pembentukan
Pendidikan dan
latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi
intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana
seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua
ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya,
pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak
dibanding anak seusianya.
5) Kebebasan Psikologis
Kebebasan psikologis
perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak
yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau
cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas
memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai
sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual.
Andi Mappiare (1982)
mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi
remaja, yaitu :
ü Bertambahnya informasi yang disimpan
(dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berfikir selektif.
ü Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan
memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional.
ü Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan
keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang radikal dan menunjang
keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
6) Faktor
Minat dan pembawaan yang khas.
Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupkan dorongan bagi perbuatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar